METODE PP
. Makna Partisipatif
merupakan metode atau cara perencanaan yang melibatkan
serta memfungsikan kelembagaan masyarakat secara nyata di dalam menyusun
perencanaan pembangunan. Dengan cara ini diharapkan masyarakat mau dan mampu
melaksanakan, memelihara, dan menindak-lanjuti hasil-hasil pembangunan.
Diharapkan dengan menggunakan dan melaksanakan metode
partisipatif ini dapat mengidentifikasi semua permasalahan dan potensi yang ada
di suatu wilayah, Serta dapat diperoleh suatu gambaran umum wilayah tersebut dan
aspek-aspek kehidupan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus dalam
melaksanakan pembangunan di desa.
Sebagai suatu tujuan, partisipasi akan menghasilkan
pemberdayaan, yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan
keputusan yang menyangkut kehidupannya. Dengan demikian partisipasi merupakan
alat dalam memajukan ideologi atau tujuan-tujuan pembangunan yang normatif,
seperti keadilan sosial, persamaan hak, dan demokrasi. Oleh karena itu sebagai
alternatifnya, partisipasi ditafsirkan sebagai alat untuk mencapai efisiensi
dalam manajemen proyek, atau sebagai alat dalam melaksanakan
kebijakankebijakan.
Sebagai implikasinya, partisipasi menyangkut pula
strategi manajemen, yang dapat digunakan oleh negara dalam mencoba untuk
memobilisasi sumber daya-sumber daya yang dimilikinya.
Sementara munculnya P.R.A. antara lain
dilatarbelakangi oleh kritik para aktivis pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat terhadap penelitian ‘klasik’ yang lebih banyak memposisikan
masyarakat sekedar sebagai obyek penelitian. Penelitian dalam P.R.A. tidak
hanya entitas yang berdiri sendiri, melainkan ditanggapi sebagai bagian yang
integral dalam proses keseluruhannya. Cakupan P.R.A. bukan hanya terdiri dari
riset, melainkan juga perencanaan (partisipatif), monitoring, dan evaluasi.
B. Ciri Khusus Evaluasi dengan metode Partisipatif
Ciri khusus perencanaan partisipatif dapat dilihat
dari adanya peran serta masyarakat dalam proses pembangunan desa. Adapun
ciri-ciri perencanaan partisipatif antara lain sebagai berikut :
1.
Adanya hubungan yang erat antara
masyarakat dengan kelembagaan secara terus-menerus.
2.
Masyarakat atau kelompok masyarakat diberi
kesempatan untuk menyatakan permasalahan yang dihadapi dan gagasan-gagasan
sebagai masukan berharga.
3.
Proses berlangsungnya berdasarkan
kemampuan warga masyarakat itu sendiri.
4.
Warga masyarakat berperan penting dalam
setiap keputusan.
5.
Warga masyarakat mendapat manfaat dari
hasil pelaksanaan perencanaan.
C. Teknik Evaluasi Perencanaan dengan PRA (Participatory Rural
Appraisal)
Lahirnya metode partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dikarenakan adanya kritik bahwa masyarakat diperlakukan sebagai
obyek, bukan subyek. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA)
merupakan perkembangan dari metode-metode terdahulu, diantaranya RRA (Rapid
Rural Appraisal) oleh Chambers (1992).
Pengertian
Evaluasi adalah penilaian
yang diperlukan untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan atau
usaha untuk mengetahui seberapa jauh suatu kebijakan/ program/ proyek
memberikan manfaat
Appraisal adalah evaluation research. Yaitu untuk menilai
konsep dan design suatu kebijakan/program/proyek yang akan dilaksanakan.
Teknik evalausai ini digunakan sebgai alat penguji proposal suatu
kebijakan/ program/ proyek sebelum disetujui dan dijalankan. Jadi evaluasi yang
ilakaukan sebelum kebijakan itu dijalankan.
Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PRA)
adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama
menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan
kebijakan secara nyata. Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui
kegunaannya ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai
landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam paradigma
pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti dalam proses
pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton
tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa, pelaksanaan,
pengawasan dan menikmati hasil pembangunan. Metode dan pendekatan yang
tampaknya sesuai dengan tuntutan paradigma itu adalah metode dan pendekatan
yang partisipatif.
Slamet (2003 : 11) menegaskan bahwa usaha pembangunan pedesaan melalui
proses perencanaan partisipasi perlu didekati dengan berbagai cara yaitu :
1.
penggalian potensi-potensi dapat dibagung
oleh masyarakat setempat.
2.
pembinaan teknologi tepat guna yang
meliputi penciptaan, pengembangan, penyebaran sampai digunakannya teknologi itu
oleh masyarakat pedesaan
3.
pembinaan organisasi usaha atau unit pelaksana
yang melaksanakan penerapan berbagai teknologi tepat guna untuk mencapai tujuan
pembangunan
4.
pembinaan organisasi pembina/pendukung, yang
menyambungkan usaha pembangunan yang dilakukan oleh individu-individu warga
masyarakat pedesaan dengan lembaga lain atau dengan tingkat yang lebih tinggi
(kota, kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional),
5.
pembinaan kebijakan pendukung, yaitu yang
mencakup input, biaya kredit, pasaran, dan lain-lain yang memberi iklim yang
serasi untuk pembangunan.
Perencanaan partisipasi harus dilakukan dengan usaha :
·
perencanaan harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat yang nyata (felt need),
·
dijadikan stimulasi terhadap masyarakat,
yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban (response),
·
dijadikan motivasi terhadap masyarakat,
yang berfungsi membangkitkan tingkah laku (behavior).
Dalam perencanaan yang partisipatif (participatory planning), masyarakat
dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang turut berperan serta secara aktif
baik dalam hal penyusunan maupun implementasi rencana, karena walau
bagaimanapun masyarakat merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk
rencana dan kebijakan.
Mengapa PRA
1.
Adanya kritik terhadap pendekatan
Pembangunan yang “ top down “ – selama ini program peembangunan masyarakat
lebih banyak direncanakan oleh lembaga penyelenggara program tanpa melibatkan
secara langsung warga masyarakat yang menjadi sasaran
2.
Munculnya Pemikiran tentang Pendekatan
Partisipatif, Beragam pemikiran tentang pendekatan pengembangan program yang
lebih Partisipatif., Apabila masyarakat dapat dilibatkan secara berarti dalam
keseluruhan proses program, selain program itu menjadi lebih sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan rasa kepemilikan warga masyarakat terhadap program
lebih tinggi.
3.
PRA sebagai pendekatan Alternatif,
Kebutuhan adanya metode kajian keadaan masyarakat yang mudah dilakukan untuk
pengembangan programn yang benar benar menjawab kebutuhan masyarakat setempat,
Kebutuhan adanya pendekatan program pembangunan yang ebrsifat kemanusiaan dan
berkelanjutan.
Manfaat dan Tujuan
Tujuan Praktis adalah menyelenggarakan kegiatan bersama masyarakat untuk mengupayakan
pemenuhan kebutuhan praktis dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sekaligus
sebagai sarana proses belajar tersebut.
Manfaat Peningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan.
Karena pembangunan itu nantinya diperuntukan bagi masyarakat itu sendiri.
Prinsip PRA
1. Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat
Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini
berarti bahwa PRA dibangun dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang
meliputi pengetahuian tradisional dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan
persoalannya sendiri.
2. Keterlibatan semua anggota kelompok, menghargai perbedaan dan informal
Masyarakat bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai
individu yang mempunyai masalah dan kepentingan sendiri. Kegiatan PRA
dilaksanakan dalam suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal.
3. Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku
Konsekuensi dari prinsip pertama, peran orang luar hanyasebagai
fasilitator, bukan sebagai pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll.
4. Konsep triangulasi
Untuk bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa
digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang
(check and recheck). Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman
keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan
masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
5. Optimalisasi hasil
kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai
kegiatan yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup.
6 Berorientasi praktis
Orientasi PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program. Dengan
demikian dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan
yang tepat akan lebih baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau
lebih baik mencapai perkiraan yang hamper salah daripada kesimpulan yang hampir
benar.
7. Keberlanjutan program
Pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian selesai, namun
merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun juga program yang mereka
kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari potensi
masyarakat.
8. Mengutamakan yang terabaikan
Prinsip ini dimaksudkan agar masyarakat yang terabaikan dapat memperoleh
kesempatan untuk berperan dan mendapat manfaat dalam kegiatan program
pembangunan. dengan mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya dapat
meningkat.
9. Pemberdayaan (Penguatan) masyarakat
Kemampuan masyarakat ditingkatkan melalui proses pengkajian keadaan,
pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap
kegiatan yang dilakukan.
10. Santai dan informal
Penyelenggaraan kegiatan PRA bersifat luwes, tidak memaksa, dan informal
sehingga antara orang luar dan masyarakat setempat terjalin hubungan yang
akarab, orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat.
sekian dulu info dari saya jika ada yang salah, saya mohon di komen ;)
Komentar
Posting Komentar